Bogor - Kawasan pedesaan yang bersinggungan dengan wilayah perkotaan rentan
menimbulkan sejumlah permasalahan sosial hingga kriminal. Perberdayaan
masyarakat dan membuka peluang usaha di desa bisa meningkatkan kualitas
sumber daya manusia desa dan dapat menekan urbanisasi.
Hal tersebut mencuat dalam diskusi internasional penelitian dan
perencanaan desa (Rural Research and Planning Group/RRPG) di Bogor,
Senin (28/9).
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suharrdianto dalam
sambutannya menuturkan perkembangan kawasan pedesaan memiliki sumber
daya yang unik dengan bentang alam dan sistem produksi pertaniannya
sebagai hasil interaksi panjang antara manusia dan lingkungan, khususnya
pertanian dan kehutanan. Keberadaan beragam sumber daya itu menjadi
aset penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat desa.
"Saat ini, sumber daya perdesaan tersebut, termasuk bentang alamnya,
mengalami banyak kerusakan. Selain kerusakan akibat praktek produksi
pertanian (modernisasi, intensifikasi, peningkatan produksi atau
penelantaran lahan), kerusakan juga bersumber dari ekspansi kawasan
perkotaan ke kawasan perdesaan (proses suburbanisasi kawasan pedesaan)
secara tidak terkontrol akibat munculnya perumahan dan kawasan industri
baru," tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertiggal
dan Transmigrasi Marwan Jafar menjelaskan saat ini pemerintah tengah
melakukan percepatan pembangunan desa dengan mengucurkan dana Rp 16
triliun. "Harapannya dengan bantuan tersebut dapat membangun desa
sehingga masyarakat desa dapat membangun wilayahnya dan tidak hijrah ke
perkotaan," katanya.
Selain fasilitas desa, melalui dana desa juga dipergunakan untuk
membangun usaha desa. Jadi, peluang usaha masyarakat desa bisa terpenuhi
sehingga urbanisasi desa ke kota untuk mencari pekerjaan bisa ditekan.
Peneliti Senior Pusat Pengkajian, Perencanaan dan Pengembangan Wilyah
(P4W) Ernan Rustandi, menambahkan kondisi masyarakat desa dengan kota
terjadi ketimpangan cukup lebar. Di lihat dari sisi sosial, masyarakat
kota cenderung hidup individu dan masyarakat desa cenderung berbaur.
"Kita bisa lihat, perumahan yang berdiri megah diantara perkampungan.
Selain menciptakan kecemburuan sosial juga rentan menimbulkan
kriminalitas," katanya.
Permasalah lainnya, peluang usaha di desa juga masih sangat sedikit
sehingga usia produktif lebih memilih menjadi buruh pabrik daripada
menggarap lahan desa untuk menjadi petani atau berkebun.
Masyarakat perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut juga sebagai urban community,
pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan
seta ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada
beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan keagaamaan kurang apabila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di pedesaan
2. Pada umumnya orang kota mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung
pada orang lain. Kehidupan keluarga dikota sukar untuk disatukan karena
perbedaan kepentingan, agama, paham politik dsb.
3. Pembagian kerja dalam masyarakat kota jauh lebih tegas dan mempunyai batas-batas nyata.
4. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh.
5. Jalan pikiran yang rasional, menyebabkan interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada kepentingan daripada faktor pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat di kota menyebabkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata sebab kota lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Perbedaan desa dengan kota
Dalam menentukan suatu masyarakat sebagai kota atau desa dapat dilihat dari ciri-cirinya seperti :
a. Jumlah kepadatan peduduk, kota memiliki penduduk yang lebih banyak daripada desa.
b. Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas,
lingkungan perkotaan sebagian besar dilapisi beton dan aspal.
c. Mata pencaharian masyarakat desa berada pada sektor ekonomi primer
yaitu bidang agraris, sedangkan kota sektor ekonomi sekunder yaitu
industri, dan ekonomi tersier yaitu bidang pelayanan jasa.
d. Corak kehidupan sosial di desa masih homogen, sebaliknya di kota
sangat heterogen karena disana saling bertemu suku bangsa, agama,
kelompok dan masing-masing memliki kepentingan berlainan.
e. Stratifikasi sosial di kota jauh lebih komplek dibanding desa.
Misalnya mereka yang memiliki keahlian pekerjaan yang memerlukan banyak
pemikiran memiliki kedudukan dan upah yang tinggi dibanding tenaga
kasar. Hal ini berakibat perbedaan yang menyolok antara kaya dan miskin.
f. Mobilitas sosial di kota jauh lebih tinggi dibanding desa, baik
secara vertikal yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau
rendah, maupun perpindahan kedudukan yang setingkat atau horizontal.
g. Pola interaksi pada masyarakat pedesaan adalah motif-motif sosial,
dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan sosial tidak
terganggu, konflik atau pertentangan sosial sebisa mungkin dihindarkan.
Sebaliknya pada masyarakat perkotaan dalam interaksi lebih dipengaruhi
oleh ekonomi daripada motif sosial. Selain itu juga motif non sosial
seperti politik, pendidikan.
h. Solidaritas sosial di desa lebih tinggi dibanding kota
i. Sedangkan dalam hirarki sistem administrasi nasional kedudukan kota
lebih tinggi daripada desa, semakin tinggi kedudukan suatu kota dalam
hirarki tersebut maka kompleksitasnya semakin meningkat/ makin banyak
kegiatan disana.
Hubungan desa dengan kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang
terpisah sama sekali, karena terdapat hubungan erat yang bersifat
ketergantungan. Kota tergantung dengan desa dalam memenuhi kebutuhan
warganya akan bahan-bahan pangan dan desa juga merupakan sumber tenaga
kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota. Sebaliknya kota
menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh orang desa seperti
pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, obat untuk memelihara
kesehatan, alat transportasi, tenaga-tenaga dibidang jasa seperti tenaga
medis, montir-montir elektronika dan tenaga yan dapat membimbing dalam
upaya meingkatkan hasil pertanian, peternakan, perikanan.
Aspek positif dan negatif
Untuk menunjang aktivitas serta memberikan suasana aman, tenteram,
nyaman, bagi warganya, kota diharuskan menyediakan fasilitas kehidupan
dan mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat warganya.
Suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
– Wisma, mengembangakan daerah perumahan sesuai dengan pertambahan
penduduk serta memperbaiki lingkungan perumahan yang telah ada.
– Karya, yaitu penyediaan lapangan kerja. Dapat dilakukan dengan
enyediaan ruang untuk kegiatan perindustrian, perdagangan, pelabuhan,
terminal serta kegiatan lain.
– Marga, unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk
menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lain dalam
kota atau dengan kota-kota daerah lainnya. Dalam unsur ini termasuk :
• Pengembangan jaringan jalan dan fasilitasnya ( terminal, parkir dll)
• Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai bagian dari sistem transportasi dan komunikasi kota.
– Memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
– Penyempurnaan yaitu unsur yang merupakan bagian penting bagi kota,
termasuk fasilitas keagamaan, perkuburan kota, fasilitas pendidikan dan
kesehatan, jaringan utilitas/ keperluan umum.
Kelima unsur pokok ini merupakan pola pokok dari komponen-komponen
perkotaan yang kauantitas dan kualitasnya kemudian dirinci dalam
perencanaan suatu kota. Kebijaksanaan perencanaan dan pengembangan kota
harus dapat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan
regional. Rumusan pengembangan kota seperti itu tergambar dalam
pendekatan penanganan masalah kota sebagai berikut :
1. Menekan angka kelahiran
2. Mengalihkan pusar pembangunan pabrik/industri ke pinggir kota\
3. Membendung urbanisasi
4. Membangun kota satelit
5. Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa yang telah ada disekitar kota besar
6. Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.
Masyarakat Pedesaan
• Menurut Sutarjo Kartohadikusuma adalah satu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
• Menurut Bintarto, desa merupakan perwujudan kesatuan
geografi, sosial, ekonomi, politik, dan cultural yang terdapat di suatu
daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah
lain.
• Menurut Paul H. Landis desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri :
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal antara rbuan jiwa
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris, yang dipengaruhi oleh iklim,
keadaan alam, kekayaan alam, sedang pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sampingan.
Secara umum yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain :
a. Antara warga mempunyai hubungan yang mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat di luar batas-batas wilayahnya
b. Sistem kehidpan umumnya berkelompok denagan dasar kekeluargaan (gemeinscharft atau paguyuban)
c. Sebagian warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian, pekerjaan
yang bukan pertanian merupakan pekerjaan part time sebagai pengisi waktu
luang.
d. Masyarakat homogen seperti dalam mata pencaharian, agama, adat istiadat dsb.
Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang
tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft sehingga
oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk melepaskan lelah.
Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu :
– Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah
sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan gengsi,
perkawinan dsb.
– Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-konsep
kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam hubungannya dengan
guna-guna/ black magic.
– Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif. Positif
bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi, negatif bila
berhenti pada sifat iri.
Kegiatan Pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai penilain yang tinggi terhadap mereka
yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi masyarakat
pedesaan bukan masyarakat yang senang diam tanpa aktivitas. Pada umumnya
masyarakat desa sudah bekerja dengan keras tetapi para ahli lebih
memberikan perangsang yang dapat menarik aktivitas masyarakat pedesaan,
dan menjaga agar cara dan irama bekerja bisa efektif dan efisien serta
kontinyu (diusahakan mengisi waktu-waktu kosong bekerja karena keadaan
musim/ iklim di indonesia).
sumber:
http://www.beritasatu.com/nasional/310319-persinggungan-kawasan-desa-dan-kota-rentan-masalah-sosial.html
https://yellowreddk.wordpress.com/2015/01/07/ilmu-sosial-dasar-masyarakat-pedesaan-dan-masyarakat-perkotaan/
nama: Roffi Aditya Tresnawan
npm :16116657
kelas :1KA26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar